Saturday, August 19, 2006

Pasar Sukawati

Dari Legian Kuta, waktu tempuh ke pasar sukawati sekitar 40 menit. Sebenarnya jarak tempuhnya tidak terlalu jauh tetapi entah kenapa kendaraan di Bali rata – rata jarang yang memacu kendaraannya dengan kencang. Kebanyakan kendaraan disana berjalan dengan santai, kehidupan bergerak lambat disini, jarang sekali melihat kendaraan yang dipacu cepat mengejar waktu seperti di Jakarta dimana setiap orang merasa harus didahulukan karena mempunyai suatu urusan yang sangat penting.

“Santai aja kaya’ di Bali”….istilah yang kadang saya dengar, dan sekarang saya mengerti kenapa orang mengucapkannya. Everyday is a holiday in Bali.

Dulu untuk kepasar ini, harus melalui daerah batu bulan, celuk dst…., kini setelah jalan By Pass selesai dibangun perjalalanan dapat lebih singkat karena selain menjadi lebih dekat, titik titik kemacetan pun kini sudah nyaris tidak ada. Jalan by pass ini memanjang sampai keujung wilayah klungkung. Sehingga untuk menuju Padang Bai atau ke manggis – karang asem tempat saya biasanya bekerja jadi lebih dekat. Lebih dekat bukan berarti lebih cepat, karena ya itu tadi mobil disini jalannya slowly ajjah.

Di pasar ini paling susah nyari tempat parkir, karena kita pakai supir jadi nggak terlalu dipusingkan sih dengan masalah ini, tinggal turun terus biar pak Dewa supir kita yang pusing nyari tempat mobilnya nangkring. Telah lewat tengah hari saat kita tiba di pasar yang menjual barang – barang kerajinan dan cinderamata ini, pasar ini terbagi dua, untuk barang – barang kebutuhan pokok seperti pasar pada umumnya terletak persis diseberangnya.

Mungkin sudah menjadi tips umum yang diketahui para pelancong yang berkunjung kesini, kalau barang – barang disini ditawarkan dengan harga yang sangat tinggi dalam kata lain kalau mau belanja ya harus berani juga nawar dengan sadis. Cuma biasanya kaum lelaki seperti saya susah untuk melakukannya (kalau mau nerapin ilmu “secret of negotiating” saya rasa ini adalah the right place.

Berhubung perut sudah mulai laper, saya bersama ferry teman saya mampir ke sebuah warung yang jual mie ayam sambil pesan kopi instant seduh. Oh iya kalau dulu sih katanya susah masalah urusan makan bagi orang muslim. Kalau sekarang sih rasanya sudah tidak terlalu sulit lagi karena selain banyak warung padang yang hampir ada disetiap perempatan (???), fast food juga banyak, apalagi sekarang banyak makanan yang sudah pindah agama, contohnya ditempat saya makan ini ada tulisan besar besar… Baso Muslim”, saya pikir dulunya ini baso pasti Kafir, tapi sekarang sudah pindah agama (?).

Beberapa pedagang asongan menghampiri mencoba menawarkan daganganya ketika saya sedang makan, dari tukang kaca mata, jaso tatto temporer, patung, sarung henpon….pokoknya satu pasar sudah ditawarkan sambil kita duduk disitu deh.

30 menit pertama sih keadaan aman terkendali, Cuma lalu lintas ramai lancar….lho kok jadi kayak reportase kondisi jalan. Maksudnya jurus – jurus menghalau para pedagang asongan sudah saya terapkan dengan baik dan terbukti ampuh, hampir nggak ada pedagang yang betah lama lama nawarin dagangannya. Jurus – jurusnya adalah :

1. Jangan pernah terlibat kontak mata dengan pedagangnya.

2. Jangan pernah menatap barang yang ditawarkan lebih dari 2 detik.

3. Kalau pedagang tetap berdiri diam penuh harap dihadapan kita, coba alihkan perhatian dengan kegiatan lain seperti berenang atau berjoget erotis…, weks’…yang gampang sih keluarin henpon, kalau ada gim-nya ya main gim deh, atau sms-an, ya baca baca sms yang belum diterima lah ..(lho!).

Ke-tiga jurus ini manjur banget untuk ngusir masuk angin, eh mengusir pedagang asongan untuk menghindari paksaannya, sampai suatu ketika….Ferry teman saya yang duduk kira – kira satu meter disamping saya mengeluarkan kata – kata ajaib-nya…” Harganya berapa..?”. Saat itulah bencana di mulai.

Seperti laron yang melihat titik cahaya di kegelapan, langsung aja tuh laron – laron eh pedagang asongan pada ngerubungin dia. Mula – mula sih dia negosiasi untuk harga sebuah patung hiasan kecil, Cuma masalahnya saya lupa ngasih tahu dia mengenai tips tips nawar disini. Pertama dia sudah kejebak, kebeli deh patung dengan harga yang cukup mahal, saya bukannya nggak mau ngasih tau pada saat itu juga, Cuma apabila saya ikut terlibat dalam negosiasi yang sudah terlanjur dia buat maka saya ikut menjadi cahaya bagi laron yang lain. (d’you know what I meant?...miiin). Saya milih keep silence dan untuk tiga jurus tadi tetap dipertahankan, maksud saya tadinya kalau memang niat mau beli sesuatu nanti aja di pasar didalam, karena kalau kita memang nggak berminat karena harganya nggak cocok bisa ditinggal pergi, untuk bergeser ke toko yang lain tanpa khawatir dicecar dengan tawarannya. Hal inilah yang selanjutnya terjadi, teman saya dicecar untuk membeli barang yang ditawarkan bahkan untuk barang yang sama yang telah dibeli sebelumnya dan gilanya lagi barang yang sama ditawarkan oleh pedagang yang lain dengan harga jauh lebih murah dari harga yang pertama dia beli. Dan Dia dipaksa eh bukan dipaksa sih tapi ya dicecar terus deh untuk beli dengan alasan dia jual dengan harga yang sangat murah….(lha sudah beli, disuruh beli lagi?). Banting bantingan harga terus terjadi, semua jurus rayuan pedagang keluar dari yang halus sampai yang pakai air mata (beneran..ini nggak mendramatisir). Bahkan hal ini terus terjadi setelah kita memutuskan untuk beringsut dari tempat tersebut, kebetulan saya mau ngisi voucher yang telpon yang sudah habis. Tapi pedagang – pedagang tersebut dengan gigihnya terus menawarkan walaupun sejuta penolakkan telah dilontarkan. Saya sih nggak terlalu terganggu, karena memang saya sama sekali nggak dilirik oleh pedagang – pedagang tersebut, mungkin ngelihat ketiga jurus saya mereka jadi hopeless duluan…….hiks.

Fer…you’ve got the experience, and trust me that was a good lesson.